27 Juli 2016

Pola Sosialisasi, Kampanye Politik Dengan Digital Marketing Di Pemilu-Pilkada

Memang jadwal Pilkada event PILGUBSU 2018, Pemilu event PILEG dan PILPRES 2019 masih beberapa tahun kedepan. Meskipun masih lama lagi, tapi riak-riak mencari pola ideal dan jitu untuk sosialisasi atau kampanye politik agar bisa menang pada suksesi pemilihan kepala daerah, anggota dewan perwakilan rakyat dan bahkan sampai pemilihan presiden Republik Indonesia melalui ajang pesta demokrasi pemilu dan/atau pilkada sudah mulai hangat.

Pakar Pola Sosialisasi - Kampanye Politik Dengan Menggunakan Digital Marketing Pada Pelaksanaan Pemilu - Pilkada

Adanya gelombang semakin memanasnya Pilgubsu, Pileg dan Pilpres mulai terlihat jelas jejaring media sosial, seperti facebook dan twitter. Dimana berdasarkan pantauan penulis melalui media sosial facebook dan juga media online lainnya, nama-nama calon gubernur Sumatera Utara diajang pilkada gubsu 2018 telah mulai dilansir dan dimunculkan. Dengan kata lain, telah ada orang (apakah itu relawan ataupun team sukses) mulai bekerja dalam rangka mempersiapkan diri untuk merancang strategi sosialisasi dan atau kampanye politik terselubung untuk memperkenalkan atau mempromosikan nama-nama bakal calon Gubernur Sumut baik yang berasal dari partai politik maupun jalur independen.

Tidak hanya pilgubsu saja yang riak-nya semakin menghangat, di media sosial facebook dan twitter juga sudah mulai bergejolak membicarakan masalah pemilihan legislatif dan juga pemilihan presiden 2019 yang akan datang. Dengan kata lain pula, para caleg (calon legislatif) dan atau relawan serta team sukses telah turut pula mulai mempersiapkan diri untuk merancang strategi kampanye politik untuk menggolkan calon-calonnya di pemilihan umum legislatif dan Pilpres mendatang.

Tentu saja dalam rangka mempromosikan dan atau memperkenalkan para calon jagoannya masing-masing, para relawan atau tim sukses maupun para politisi dan juga partai politik ada yang memilih cara kuno yang dianggap masih tradisional, dimana masyarakat umum menyebutnya dengan nama “calon kepala daerah spanduk” atau “politisi spanduk”.

Munculnya calon kepala daerah spanduk ataupun politisi spanduk ini secara tiba-tiba menjelang diadakannya pesta demokrasi rakyat, disinyalir tanpa basis massa dan atau tanpa memiliki konsep visi dan misi yang kuat, dimana sebagian lazim melakukannya dengan cara cerdik yang sedikit lebih kreatif dan efektif serta ekonomis.

Berdasarkan pengalaman pada pelaksanaan pilkada gubsu 2013 dan juga pemilu legislatif serta pemilu presiden 2014 yang lalu, sosialisasi dan atau kampanye pilkada/pemilu kreatif memerlukan biaya yang begitu besar dan persaingan yang sangat ketat terjadi hampir di semua daerah yang ada di tanah air. Sehingga tak dapat dipungkiri, banyak usaha/bisnis dadakan yang tiba-tiba muncul untuk sosialisasi dan juga kampanye politik pada ajang pesta demokrasi Pilgubsu, Pileg dan Pilpres.

Salah satu usaha/bisnis yang akan kami soroti adalah pola usaha yang dilakukan oleh para pebisnis dibidang “Digital Marketing”, yakni dengan menawarkan mampu mencari konsep sosialisasi atau kampanye online yang kreatif & efektif, tepat sasaran dan tentu saja dengan menawarkan berbiaya murah. Konsep para pelaku bisnis bidang digital marketing ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital tercanggih & terkini, yang sering disebut dengan nama “e-Campaign” atau “Internet Campaign” dan juga “Mobile Campaign”.

Pada prinsipnya, bila kita pelajari pola dan konsep jasa sosialisasi digital atau jasa kampanye digital yang ditawarkan adalah dalam bentuk:
  1. Mengelola, mencari dan memanajemen berita-berita yang terbit via internet, menenggelamkan berbagai berita negatif yang merugikan si calon, mendorong munculnya berita positif untuk tampil di halaman pertama google dengan cara memaksimalkan penggunaan teknik optimasi SEO (Search Engine Optimization) yang tepat dengan menggunakan tenaga yang ahli seo, konsultan SEM, pakar search engine optimization, master atau praktisi SEO Indonesia;
  2. Melakukan kegiatan sosialisasi dan atau kampanye di internet dengan menggunakan teknik SEM (Search Engine Marketing), berupa membuat atau menerbitkan iklan berbayar di google, facebook, twitter, instagram, path, BBM, line, whatsapp, dan lain sebagainya, setelah terlebih dahulu melakukan research secara komprehensif terhadap seluruh penggunaan kata-kata kunci target utama yang akan selanjutnya akan dikelola secara maksimal sebagai materi iklan ataupun banner, berdasarkan keywords yang lazim diketik para pengguna internet menggunakan berbagai mesin pencari dan jejaring media sosial;
  3. Melakukan sosialisasi dan atau kampanye politik di berbagai sosial media yang tepat sasaran, misalnya dengan merumuskan pemilihan konten dan waktu yang tepat untuk bersosialisasi memperkenalkan si calon;
  4. Melakukan sosialisasi dan atau kampanye politik kreatif dengan video yang berdurasi pendek, serta pemilihan konten yang tepat setelah melakukan research sebelum memproduksi video tersebut;
  5. Membangun karakter dan juga mengisi berbagai konten pada website/situs dan media sosial, serta secara berkala mencek dan mengukur tingkat kunjungan pengunjung dan respon dari pihak manajemen;
  6. Melakukan Online Reputation Management (ORM);
  7. Dan teknik-teknik lainnya;
Tetapi satu hal yang harus jadi pemikiran bersama, bahwasanya mendiskusikan strategi sosialisasi atau kampanye yang efektif dan terarah ataupun dengan konsep berbiaya murah adalah harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan hukum yang berhubungan dengan "hukum pemilu" atau "hukum pilkada" dan juga yang diatur oleh KPU/KIP (Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilu) dan juga BAWASLU (Badan Pengawas Pemilu), misalnya melalui PKPU (Peraturan Komisi Pemilihan Umum) dan PERBAWASLU (Peraturan Badan Pengawas Pemilu).

Disamping pola atau strategi yang akan dijalankan dalam sistem digital marketing untuk pilkada ataupun pemilu sebagaimana kami gambarkan diatas, penyampaian pesan politik melalui handphone juga banyak dilakukan. Misalnya dengan mengirimkan berbagai pesan singkat (SMS) ke pengguna ponsel yang hampir 1:1 dengan jumlah penduduk, serta 1/2 jumlah penduduk Indonesia telah bergelut menggunakan internet via hp. Nah, pangsa pasar inilah yang nota bene merupakan para pemilih di grassroots yang jumlahnya dominan dan belum menentukan pilihannya jatuh kepada siapa. Dengan kata lain pemilih di grassroots inilah yang harus diberi keyakinan untuk tanpa ragu-ragu memiliki si calon (dalam hal ini adalah si klien dari digital marketing).

Sebenarnya konsep atau pola penggunaan sosialiasi kreatif atau kampanye kreatif menggunakan media digital online, sedikit banyaknya adalah mengadopsi teknik kampanye pada pemilihan presiden USA yang dimenangkan oleh Barrack Obama tempo hari, sehingga oleh para pelaku digital Indonesia kemudian menggunakannya pada pelaksanaan PEMILUKADA di DKI Jakarta tahun 2012 lalu yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi dan Ahok, kemudian pola yang sukses ini dipakai pada oleh team Jokowi dan Jusuf Kalla pada pelaksanan pemilu presiden tahun 2014 yang lalu.

Sebagaimana kita ketahui bersama, ketika terjadi penyelenggaraan pilkada gubernur DKI Jakarta tahun 2012, sosialisasi dan kampanye politik yang dilakukan oleh team Jokowi – Ahok adalah juga menggunakan tenaga ahli, pakar, master dan praktisi intenet di Indonesia.

Belajar dari teknik sosialisasi dan kampanye politik digital yang dilakukan pada era Jokowi dan Ahok di Pilkada 2012 yang sangat menginspirasi untuk melanjutkan penerapannya sekarang ini, mulai dari sosialisasi atau kampanye Pilkada, Pilwalkot, Pilbup, pilgub diberbagai daerah provinsi/kabupaten/kota Indonesia, hingga menjelang pemilihan calon legislatif (pileg), pemilihan calon dewan perwakilan daerah (DPD) dan nantinya dilanjutkan dengan pemilihan calon presiden periode 2019-2024.

Tentu saja event pilkada dan pemilu langsung ini menciptakan berbagai ide yang cemerlang yang ideal digunakan oleh para penggiat dan pemerhati bidang digital marketing, tentu saja dengan catatan benar-benar menguasainya atau memahami cara atau strategi yang tepat dan jitu, serta sangat ideal untuk mengaplikasikannya dalam bentuk pekerjaan memenangkan para calon kepala daerah, calon dewan perwakilan rakyat, calon dewan perwakilan daerah ataupun calon presiden RI tidak hanya sekedar memiliki relawan, tim sukses ataupun media center, namun tidak terorganisir dengan baik dan maksimal.

Keberadaan team di media center, khususnya team internet marketer harus mampu bekerja dan memang ada yang khusus diaplikasikan pada pos untuk melakukan sosialisasi ataupun kampanye di internet, team akun pada channel yang tepat untuk dikelola, berjiwa sebagai aktivis jejaring sosial media, merupakan pakar gadget dan pengelola berbagai komunitas online di Indonesia yang bekerja secara simultan, komprehensif dan berdedikasi tinggi untuk melakukan pekerjaan optimasi Search Engine Optimization dan Social Media Optimization.

Bagaimana dan dari mana harus memulai sosialisasi atau kampanye online di pilkada ataupun pemilu langsung Indonesia? Cara memulainya adalah dengan memilih tim-tim yang benar-benar terbaik, memiliki integritas dan merupakan tenaga ahli, pakar, master atau konsultan professional yang dapat membantu dan mengarahkannya, tidak hanya sekedar membuat akun atau meniru apa yang sudah dilakukan orang lain, kemudian mention sana sini, buat akun bodong, bayar followers palsu dan beli likes dengan harga murah meriah. Karena bila team anda melakukan hal tersebut, sudah bisa dipastikan akan sia sia, karena memiliki akun abal-abal hanya akan membuat sosialisasi atau kampanye yang dilakukan kepada konstituen bodong. Murah meriah tentu tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu, carilah relawan ataupun tim sukses yang benar-benar “ahli strategi sosialisasi online” atau “ahli strategi kampanye online” yang memiliki konsep, pola yang matang dan ideal untuk dijadikan sebagai taktik dan strategi yang tepat serta dinamis untuk dapat bersaing di dunia online, mulai dari penyeleksian pemilihan nama akun, tampil di halaman pertama mesin pencari dengan pemilihan kata kunci yang diketik oleh para pengguna search engine, hingga berbagai konten (baik tulisan, gambar dan video) yang disajikan dengan sukarela dibagikan oleh banyak pengguna media sosial, sehingga sangat jelas sosialisasi atau kampanye politik online yang terarah dan tepat sasaran sehingga dapat memenangkan anda sebagai calon kepala daerah (khususnya untuk Pilgubsu 2018), calon legislatif, calon perwakilan daerah (DPD), atau calon presiden RI tahun 2019 yang akan datang.

Demikian tulisan kami yang membahas tentang bagaimana mencari pola sosialisasi atau kampanye yang ideal untuk pelaksanaan pemilihan gubernur Sumatera Utara/Sumut (Pilgubsu), pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) pada pilkada atau pemilu di Indonesia. Semoga bermanfaat, sekian dan terima kasih. Salam Advokat/Pengacara/Lawyers Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Link Aktif, Harap Maklum BOSS.....